“Kata orang tua terdahulu, hewan sangat peka terhadap indikasi akan terjadi bencana alam, termasuk Raja hutan (harimau). Penciuman, gelagat dan prediksi satwa dilindungi itu cepat mengindentifikasi peristiwa alam yang akan terjadi,” kata Teuku Mudasir.
Jurnalis : Sudirman Hamid
ANTARAN|TAPAKTUAN – Sebelum di terjang banjir bandang dan banjir luapan di kawasan Trumon Raya, tiga ekor harimau Sumatera (panthera tigris) terlihat berkeliaran di kawasan Pinto Angeun, Gampong Panton Bili, Kecamatan Trumon Tengah.
Setelah beberapa malam terlihat disemak-semak pinggir jalan pada pertengahan bulan November 2023 kemarin, kemudian menghilang dan tidak tau rimbanya lagi.
Pada Senin, (20/11/2023) malam, pahara datang menerjang Ladang Rimba, kecamatan Trumon Tengah diawali guyuran hujan lebat. Seiring itu, banjir genangan bersumber dari meluapnya sungai Lae Soraya, Gelombang, Sultan Daulat, Kota Subulussalam meraja-lela.
Bencana alam tersebut merupakan yang terparah sepenjang sejarah. Rumah warga porak poranda, transportasi, komunikasi, ekonomi dan proses belajar mengajar lumpuh seketika walaupun tidak merenggut korban jiwa.
Pedih dan peri dirasakan oleh 2.573 jiwa penduduk, 443 rumah rusak dan sebanyak 439 unit rumah terdampak. Selama 12 hari, pusat kota dilintasan jalan nasional ini mati. Yang terlihat hanya jiwa-jiwa penolong dan penyaluran bantuan.
Salah seorang keturunan raja dari Kerajaan Trumon, Teuku Mudasir (60) menyebutkan, mitos atau tidak, isyarat atau tanda-tanda akan ada peristiwa alam jauh hari sudah kelihatan.
Namun, katanya, kita selaku manusia tidak mengetahui kode alam yang disampaikan makhluk hewan. Bahkan gagal paham dan mempelesetin munculnya harimau di kawasan Trumon.
“Kata orang tua terdahulu, hewan sangat peka terhadap indikasi akan terjadi bencana alam, termasuk Raja hutan (harimau). Penciuman, gelagat dan prediksi satwa dilindungi itu cepat mengindentifikasi peristiwa alam yang akan terjadi,” katanya kepada antaran, Sabtu (2/12/2023).
Buktinya, sebut Teuku Mudasir, setelah menampakkan diri beberapa malam di seputaran Trumon Tengah, satwa yang dilindungi itu menghilang diantara kegelisahan penduduk hingga banjir bandang menghadang.
Ia menyebutkan, dari beberapa sumber terpercaya, termasuk almarhum orang tua dirinya, harimau-harimau yang turun berkeliaran itu merupakan satwa yang hidup di areal perkampungan dan berpusat di seputaran Gunung Kapo.
Sesuai historis yang diperoleh, spesies harimau kampong Trumon sudah ada sejak masa kejayaan kerajaan Trumon. Satwa itu melambangkan kesatriaan, keperkasaan, kemakmuran dan kejayaan Kerayaan Trumon.
“Satwa langka dan dilindungi yang menampakan diri itu tidak mengganggu habitat lain, selagi ketentraman dan ketenangan mereka tidak diusik. Prediksi harimau menampakan diri di Trumon dapat dipersepsikan untuk memberi isyarat akan ada peristiwa alam. Konteksnya beda dengan harimau yang mengganas,” pungkas Teuku Mudasir.(*)