“Indikator yang perlu diperhatikan dalam setiap pelayanan kesehatan, yakni pasien, keluarga pasien, tenaga medis, manajemen rumah sakit dan tenaga pembimbing rohaniawan,” tegas Sabar.
Jurnalis : Khairul
ANTARAN|SUBULUSSALAM – Buku ‘Komunikasi Terapeutik Perspektif Hadis’ (Pelayanan Medis Berdasarkan Hadis-Hadis) karya Dr. Sabaruddin Siahaan, S.PdI, M.Sos diapresiasi dua narasumber, Dr. Musriaparto, MM, Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Orda Kota Subulussalam dan dr. Risdianty Saragih, MSc, SpPD, Pengasuh Rumah Kita Subulussalam serta peserta diskusi.
Apresiasi disampaikan pada gelar Bedah Buku Komunikasi Terapeutik Persfektif Hadis yang berlangsung bersahaja di Cafe Four Z Belegen Mulia Jalan T. Umar, Simpang Kiri, Subulussalam, Rabu (20/09/2023).
Diketahui, Sabaruddin yang seorang mubalig setempat pada tausiyahnya sehari-hari acap menekankan penerapan nilai-nilai kedamaian, moderasi (pengurangan kekerasan) serta membangun komunikasi Islami dalam kehidupan masyarakat.
Pada buku setebal 222 halaman itu, penulis menguraikan terkait pemahaman terhadap teks hadis-hadis dielaborasi beberapa tema yang berkaitan dengan komunikasi terapeutik. Dikatakan, setiap musibah mengandung hikmah, sakit bukan murka Tuhan karena para nabi lebih menderita.
Selain itu, dibutuhkan kesabaran tinggi dalam menjalani sakit, pasien tak boleh berputus asa karena setiap penyakit ada obatnya meski perlu usaha melindungi diri dari penyakit serta pasien harus optimis.
Mengapresiasi dua narasumber dan masukan puluhan peserta bedah buku, Sabar menegaskan jika salah satu faktor yang mendasari dirinya menulis buku terkait karena melihat fenomena jika ‘pelayanan’ di rumah sakit sangat kurang.
“Indikator yang perlu diperhatikan dalam setiap pelayanan kesehatan, yakni pasien, keluarga pasien, tenaga medis, manajemen rumah sakit dan tenaga pembimbing rohaniawan”, tegas Sabar, sebut seorang tenaga medis harus memperhatikan etika pelayanan, ucapannya menyenangkan dan pasien diberi arahan agar mematuhi ketentuan medis.
Selain itu, jaga ruhaniah, sentuh dan bangun kepercayaan pasien, komunikasi humanis, kompak sesama medis, layanan yang memuaskan, penuh rasa takwa kepada Tuhan dan memahami prinsif pasien, disebut bagian yang tidak terpisahkan dari diri seorang medis.
Kepada pasien perlu pelayanan ekstra saat pandemi, lalu hindari karakter dukun, antisipasi fenomena bunuh diri, beri penjelasan sebelum penanganan, cekatan dan diingatkan pasien konsisten berobat legal.
Tips pendukung keberlangsungan pelayanan yang baik menurut Dosen STIT Hafas Subulussalam, alumnus STAIS Lubuk Pakam, 2012 dan UINSU Medan, 2018 serta program dokotoral UINSU 2023 ini, jauhkan pasien dari kebisingan, beri makanan memantik selera pasien serta ciptakan suasana nyaman dan jadilah rumah sakit yang ideal.
Bedah buku dimoderatori Zulfikar RH Pohan diikuti puluhan akademisi dan praktisi berlangsung akrab dan bersahaja di sana diakhiri makan siang bersama. Saran maupun kritik terhadap penulis, kandungan/materi buku hingga apresiasi peserta direspon positif penulis serta dua narasumber.(*)