CUACA Ektrim disertai hujan dan angin kencang yang melanda Aceh dalam empat hari terakhir, memang cukup memprihatikan. Tidak saja dilaporkan berbagai musibah bencana alam seperti, robohnya ratusan atap rumah, dan tumbangnya pepohonan hingga menelan korban jiwa.
Kondisi ini juga membuat para nelayan tidak bisa melaut. Ribuan sampan dan kapal penangkap ikan alias boat berbagai jenis di Aceh harus pakir disejumlah tempat pendaratan ikan (TPI) dimasing-masing daerah. Kondisi ini tentu membuat nelayan menjadi pegangguran selama badai masih berlangsung.
Keadaan semacam ini, tidak saja dialami para nelayan yang melaut menggunakan kapal penangkap ikan. Bagi nelayan yang bekerja di boat mungkin tidak begitu pusing kalau untuk tiga hari hingga satu pekan tidak melaut. Karena mereka memiliki majikan yang akan memberi pinjaman selama tidak melaut.
“Kalau lebih satu pekan tidak melaut kami pusing juga, karena pinjaman terus menumpuk,” ujar Syahril seorang nelayan di Lampulo kepada antarannews, Selasa (31/5/2022).
Tetapi nelayan tradisonal yang menggunakan pukat darat untuk menggais rezeki dipingir pantai juga tidak bisa melabuhkan pukatnya. Akibatnya mereka sejak tiga hari terakhir ini menganggur.
Ada sekitar 21 kepala keluarga di Kampung Jawa, Banda Aceh, yang masih menggantungkan hidup dari pekerjaan nelayan tradisional ini. Kehidupan mereka sangat memprihatikan, dan rata-rata merupakan nelayan miskin.
Karena pendapatan yang diperoleh dari melabuhkan pukat darat ini, rata-rata hanya mampu membiayai kehidupan keluarga untuk kebutuhan satu hari dari bekerja satu hari.
“Sudah tiga hari tidak melabuhkan pukat, utang kami dikedai sudah menumpuk. Besok apa kami akan makan apa belum tahu,” ujar Amat salah seorang nelayang pukat darat kepada antarannews,com Senin (30/5/2022).
Rupanya keadaan nasib puluhan nelayan tradisional yang memprihatinkan tidak bisa melaut sudah tiga hari belakangan ini sampai ditelinga Dirlantas Polda Aceh, Kombes Pol Dicky Sondani. Sebagai Perwira menangah polisi yang dikenal memiliki nilai sosial tinggi, langsung bergerak dengan niat untuk membantu sesama, Selasa (31/5/2022).
Ditengah kesibukannya sebagai pucuk pimpinan pengendali Ditlantas, ia menyempatkan diri dan tidak mengutuskan orang lain membagikan bantuan berupa sembako kepada nelayan miskin ini. Sebagai seorang pemimpin tentu ia ingin melihat langsung dan meraskan kehidupan masyarakatnya.
“Saya merasa prihatin dengan kondisi nelayan pukat darat ini. Maka kita beri bantuan semampu kita, sehingga mereka bisa dapat sedikit terbantu. Jangan dilihat dari jumlahnya bantuan yang diberikan, tetapi niat kami ingin membagi untuk sesama,” ujar Kombes Pol Dicky Sondani kepada wartawan usai memberikan bantuan tesebut.
Para nelayan tradisional yang jumlahnya mencapai sekitart 21 orang mengakui sangat bersyukur dan terbantu dengan adanya bantuan dari aparat kepolisian teserbut. “Kami sangat berterimakasih atas kepedulian pak polisi Aceh,” ungkap Amin seorang nelayan dengan mimik wajah terharu usai menerima bantuan tersebut.
Setidaknya bantuan ini, katanya, sudah meringankan beban hidup mereka untuk sementara waktu. “Semoga cuaca buruk ini segera berakhir dan kami kembali dapat melabuhkan pukat,” harap nelayan miskin ini.
Bila cuaca ekstrim ini terus berlanjut semoga ada pihak lain yang memilki kepedulain dan rasa yang sama bagi kehidupan nelayan miskin ini dan nelayan lainnya.(Suprijal Yusuf)