“Jumlah material plastik di lautan mulai mengkhawatirkan dan telah menyebar ke dalam tubuh ikan melalui partikel mikroplastik”
Jurnalis: Agus
ANTARAN | BLANGPIDIE – Dosen Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar (UTU) Aceh Barat melakukan kegiatan pendampingan pembuatan bubu ramah lingkungan (Eco Trap) kepada kelompok masyarakat konservasi Desa Kedai Susoh Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya).
Kegiatan yang dilaksanakan oleh tim yang terdiri Samsul Bahri, Muhammad Rizal, Hafinuddin dan Erijal ini dilaksanakan bertujuan untuk membantu nelayan pesisir Abdya dalam meningkatkan jumlah hasil tangkapan ikan demersal bernilai komersil tinggi serta mereduksi kerusakan habitat laut melalui alat tangkap yang tidak ramah lingkungan.
Samsul Bahri kepada wartawan Rabu (21/8/2024) mengatakan, dirinya bersama dengan kelompok masyarakat konservasi setempat telah memulai kegiatan pendampingan pada Minggu (18/8/2024).
Bubu yang dikembangkan menggunakan bahan dasar bambu yang notabene adalah bahan ramah lingkungan.
Selain itu, pada bagian dinding bubu juga disematkan tali ijuk sebagai media penarik bagi keberadaan ikan melalui bau dan tekstur yang disukai oleh beberapa jenis ikan.
Disebutkan, target tangkapan ikan pada bubu ini sendiri adalah ikan jenis demersal atau lebih dikenal dengan ikan karang yang bernilai komersil tinggi, selain itu alat tangkap bubu sendiri merupakan alat tangkap ramah lingkungan yang bekerja dengan cara menjebak ikan untuk masuk ke dalam perangkap secara selektif berdasarkan ukuran dan jenis ikan itu sendiri.
“Pembuatan bubu ramah lingkungan juga bertujuan untuk mengedukasi masyarakat pesisir terkait alat tangkap ikan yang ramah lingkungan. Seperti yang kita ketahui bahwa dewasa ini keberadaan jumlah material plastik di lautan mulai mengkhawatirkan dan telah menyebar ke dalam tubuh ikan melalui partikel mikroplastik,” ujarnya.
Berbagai alat tangkap ikan yang banyak digunakan pada umumnya berbahan dasar plastik seperti jaring dan tali pancing. Upaya pengurangan penggunaan bahan plastik pada alat tangkap menjadi fokus utama dalam pengembangan bubu ramah lingkungan ini sendiri, sehingga keberadaan sampah plastik yang mencemari lingkungan peraian laut diharapkan dapat tereduksi secara perlahan.
Lebih lanjut dijelaskan, eco trap adalah bubu yang bentuknya sama seperti bubu pada umumnya. Tujuannya untuk menangkap ikan dengan target ukuran dan jenis tertentu, namun yang membedakan adalah eco trap didominasi oleh bahan ramah lingkungan yakni bambu dan ijuk.
“Bambu dan ijuk adalah dua bahan organik yang sejak dulu telah digunakan oleh pendahulu kita untuk berbagai kebutuhan dilautan, salah satunya bubu sungai. Namun seiring berkembangnya zaman banyak bubu yang materialnya didominasi oleh plastik. Nah kita mencoba untuk mereduksi dengan menggunakan kembali bambu dan ijuk sebagai bahan utama pembuatan bubu, tujuannya tentu agar lingkungan lestari dan hasil tangkapan ikan pun mendominasi,” terangnya.
Sementara itu, Erijal selaku ketua kelompok masyarakat konservasi di Desa Keudai Susoh menyampaikan apresiasi yang tinggi terhadap kepedulian dan upaya pihak UTU terhadap nelayan pesisir khususnya nelayan kecil yang masih menggantungkan penghasilan pada alat tangkap tradisional.
“Keberadaan alat tangkap ramah lingkungan yang efektif dan efesien menjadi alternatif bagi kami dalam meningkatkan nilai hasil tangkapan sehari hari. Hal tersebut dapat mendongkrak pendapatan ekonomi masyarakat pesisir, seperti kami nelayan kecil ini,” tuturnya singkat.