“Karena saat itu harga jual biji coklat kering di Medan, Sumatera Utara, mencapai Rp 90.000/kg. Maka kita beli di tingkat pedagang pengumpul Rp 80.000/kg – Rp 85.000/kg,” kata H Khaidir.
Jurnalis : Suprijal Yusuf
ANTARAN|BLANGPIDIE – Harga biji coklat kering (kakao) di Blangpidie, Aceh Barat Daya (Abdya), sempat tembus mencapai Rp 75.000/Kg. Namun, harga tersebut hanya bertahan selama dua pekan, karena dalam sepekan terakhir mulai bergerak turun pada kisaran Rp 55.000/kg – Rp 60.000/Kg.
H Khaidir seorang pedagang hasil bumi di Blangpidie yang dihubungi AntaranNews.com, Rabu (06/03/2024) siang menjelaskan, biji coklat kering pada pekan ketiga bulan Februari 2024 sempat menembus pasaran mencapai harga Rp 75.000/kg ditingkat petani.
“Karena saat itu harga jual biji coklat kering di Medan, Sumatera Utara, mencapai Rp 90.000/kg. Maka kita beli di tingkat pedagang pengumpul Rp 80.000/kg – Rp 85.000/kg,” kata H Khaidir.
Namun, harga tersebut hanya mampu bertahan sekitar dua pekan, ungkapnya, karena memasuki pekan pertama bulan Maret 2024, harga coklat mulai bergerak turun.
“Hari ini harga beli kita dari pedagang pengumpul (agen) berada pada kisaran Rp 55.000/kg – Rp 60.000/kg. Untuk ditingkat petani harga dikisaran Rp 50.000/kg – Rp 53.000/kg,” jelasnya.
Meskipun, pasaran biji coklat saat ini cukup cerah, ungkapnya, namun produksinya sangat minim. Karena banyak petani di Aceh Barat Daya sejak belasan tahun lalu, menebang pohon coklat menggantikannya dengan tanaman sawit.
Lantaran, harganya yang terus anjlok saat itu, disamping hama busuk buah yang tidak mampu dikendalikan. “Satu hari jumlah coklat yang mampu kita kumpul dari agen tidak mencapai satu ton, hanya sekitar ratusan kilogram saja,” ungkapnya.
Pihaknya, mengharapkan pemerintah untuk menggalakkan kembali budidaya tanaman coklat di Abdya. Karena kondisi kultur tanah dan iklim daerah ini dinilai cocok untuk budidaya tanaman coklat.
Karena kebutuhan akan biji coklat setiap tahunnya terus terjadi peningkatan, katanya, baik itu untuk kebutuhan pasar dalam negeri maupun luar negeri.
“Saya kira selain sawit, perkebbunan coklat juga sangat menjanjikan. Karena permintaan terhadap komoditi ini terus terjadi peningkatan, baik itu untuk pasar domestik maupun luar negeri,” tandas H Khaidir.(***)