Akli, petani sawit di Kecamatan Kuala Batee, Kabupaten Aceh Barat Daya mengaku, dalam tiga bulan terakhir dari awal Apri hingga pekan ketiga Juni 2022, harga sawit terpangkas rata-rata hingga sekitar Rp 2.100/kg ditingkat petani.
Jurnalis : Suprijal Yusuf
ANTARANNEWS.COM I BLANGPIDIE – Harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di wilayah Barat-Selatan Aceh (Barsela) dalam tiga bulan terakhir sudah anjlok hingga sekitar 70 persen lebih. Kondisi ini telah membuat petani mengalami pukulan berat.
Sejumlah petani sawit di wilayah Barsela dalam delapan kabupaten/kota meliputi, Aceh Jaya, Aceh Barat, Nagan Raya, Simeulue, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Subulussalam, dan Aceh Singkil kepada antarannews.com mengkapan kegelisahan mereka menyangkut kondisi harga TBS kelapa sawit yang terus anjlok belakangan ini.
Akli, petani sawit di Kecamatan Kuala Batee, Kabupaten Aceh Barat Daya mengaku, dalam tiga bulan terakhir dari awal Apri hingga pekan ketiga Juni 2022, harga sawit terpangkas rata-rata hingga sekitar Rp 2.100/kg ditingkat petani.
Harga ini, lanjutnya, sebelumnya pada bulan April sempat bertahan dikisaran Rp 3.000/kg, kemudian terus bergerak turun, dan dalam dua hari terakhir anjlok dikisaran Rp 850/kg hingga Rp 880/kg.
“Dengan harga saat ini, kami petani jelas sangat terpukul. Karena biya perawatan kebun dengan hasil yang diperoleh tidak sebanding lagi,” ungkapnya.
Hal senada juga diungkapkan, Amran petani sawit asal Trumon, Aceh Selatan. Menurut Amran, kalau dulu harga sawit berada dikisaran Rp 800/kg – Rp 1.200/kg para petani belum mengeluh.
Karena harga pupuk masih stabil dan seimbang dengan nilai jual sawit seperti, pupuk KCL, dan NPK, non subsidi masih sekitar Rp 250.000/sak (isi 50 Kg). Namun, sekarang harganya naik hampir 300 persen.
“Itu belum lagi harga pestisida dan obat-obatan pertanian yang kenaikannya rata-rata mencapai 65 persen lebih,” keluh Amran.
Dengan harga pupuk dan harga sawit yang saat ini, kata Muhammad petani sawit Nagan Raya, jelas tidak seimbang lagi penghasilan yang diperoleh petani. “Jelas kami menderita dengan harga sawit yang terjadi hari ini,” ungkap Muhammad.
Tarmizi petani sawit asal Calang, Aceh Jaya, mengakui sangat gelisah dengan terus terpuruknya harga sawit dalam tiga bulan terakhir. Apalagi beberapa hari ke depan akan menghadapi hari raya Idul Adha.
“Kami belum tahu dimana mencari uang untuk biaya lebaran haji yang hanya tinggal beberapa hari lagi itu. Mengandalkan uang dari hasil sawit tentu tidak mencukupi,”katanya.
Karena dengan harga sawit saat ini sekitar Rp 850/kg, lanjutnya, pemilik kebun hanya mampu membawa pulang uang ke rumah hanya sekitar Rp 500/kg setelah dipotong ongkos panen (dodos) dan ongkos angkut.
“Kalau dipotong biaya perawatan kebun, jelas kami tidak ada penghasilan lagi, bahkan bisa nombok, dengan harga pupuk dan obat-obatan pertanian yang mahal saat ini,” katanya.(*)