“Akan ada kejutan dari hasil survei Pemilu 2024, ini akan menjadi Impian yang dinanti-nantikan,” kata Subhan Akbar dari LKSP
Jurnalis: Suprijal Yusuf
ANTARAN l JAKARTA – Lanskap Kajian Strategis Pembangunan (LKSP), Gerakan Rakyat Anti Korupsi (GeRAK) Indonesia dan Research on Economics Technology dan Strategis Studies (ReTaS) mengadakan diskusi publik bertema “Menanti Kejutan Pemilu 2024”
Informasi dihimpun antaran, pemaparan hasil Survei Nasional, di Coffee Toffee, Margonda 432, Depok, Jawa Barat, Rabu (7/2/2024) sekira pukul 13.00 sampai 15.00 WIB tersebut, menghadirkan narasumber diantaranya, Dr. Ubeidillah Badrun (Pengamat Sospol UNJ), J. Kamal Farza, SH, MH. (Pengacara dan pegiat Antikorupsi), Gielbran M. Noor (Ketua BEM UGM) dan Ita Wulandari, MSi. (Pakar Statistik).
“Akan ada kejutan dari hasil survei Pemilu 2024, ini akan menjadi Impian yang dinanti-nantikan,” kata Subhan Akbar dari LKSP.
Menurut Subhan Akbar, Pemilihan umum serentak di Indonesia tinggal menunggu hari pencoblosan, yaitu pada 14 Februari 2024. Sejumlah lembaga survei telah mempublikasikan temuan yang berbeda tentang persepsi dan preferensi pemilih di masa kampanye.
Terkait konstelasi partai politik dan calon presiden/wakil presiden yang akan terpilih. Ada lembaga yang memprediksi terjadi pergantian posisi parpol pemenang pemilu, ada pula yang memperkirakan pilpres berlangsung satu putaran dengan pasangan capres/cawapres memperoleh 50% + 1 suara.
“Tetapi survei ini hasilnya akan berbeda,” ujarnya tanpa mendetail.
Lanskap Kajian Strategis dan Pembangunan, kata Subhan, melakukan survei nasional di 38 provinsi se-Indonesia. Temuannya cukup mengejutkan. Preferensi responden dipengaruhi persepsi mereka terhadap isu-isu strategis dan aktual yang dihadapi/dialami saat ini.
“Isu tentang politik dinasti dan putusan MK yang kontroversial, netralitas Presiden dan kinerja Pemerintah yang kedodoran di akhir periode kedua, penyaluran bansos dan efektivitas politik uang, memunculkan pandangan yang beragam,” ulasnya.
Untuk itu, hasil survei harus dibahas lebih dalam oleh narasumber yang kompeten, dan disebarluaskan ke seluruh lapisan masyarakat agar terbentuk kesadaran kolektif yang genuin. (*).