“Saya berharap pengembangan pariwisata di Aceh Selatan menjadi perioritas. Mari sama-sama kita dukung agar objek wisata yang kita miliki menjadi motor penggerak peningkatan ekonomi dan percepatan pembangunan,” imbuh Bupati.
Penulis : Sudirman Hamid
ANTARAN|TAPAKTUAN – Sektor pariwisata salah satu ikon daerah untuk percepatan pertumbuhan ekonomi melalui kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD), termasuk di Kabupaten Aceh Selatan terus digenjot dan dikelola dengan baik.
Selain peningkatan dan pertumbuhan ekonomi, kehadiran pariwisata dapat menjamin kelestarian alam dan budaya serta penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat luas.
Bupati Aceh Selatan, Tgk Amran tidak main-main dalam upaya pengembangan objek wisata di bumi produsen pala. Buktinya, pada saat Musrenbang Tahun 2024 yang digelar beberapa hari lalu, Bupati meminta agar anggaran pengembangan Pariwisata menjadi skala perioritas.
“Saya berharap pengembangan pariwisata di Aceh Selatan menjadi perioritas. Mari sama-sama kita dukung agar objek wisata yang kita miliki menjadi motor penggerak peningkatan ekonomi dan percepatan pembangunan,” imbuh Bupati.
“Kita masih bisa berbenah dan belum terlambat merajut asa untuk memantik daya tarik pelancong. Usaha dan kerja keras ke arah itu benar-benar diinstruksikan pimpinan daerah secara komprehensif agar dikembangkan dengan baik,” imbuh Muchsin sebagai mana diharapkan Tgk Amran.
Terpisah, Kepala Dinas Pariwisata Aceh Selatan, Muchsin, ST menyebutkan, dengan tata kelola yang baik, objek wisata bisa menjadi input terbaik dalam meningkatkan perekonomian dan lapangan kerja masyarakat, tentunya dalam menentukan kemiskinan.
“Kita jangan hanya terpaku pada stigma PAD, tetapi bagaimana menciptakan lapangan kerja serta kemandirian masyarakat di sekitar kawasan wisata. Bisa saja masyarakat membuat souviner khas daerah atau jasa lain yang bisa mendulang pendapatan, dalam mensejahterakan kehidupan,” ujar Muchsin kepada Antaran, Selasa (11/4/2023).
Dijelaskan Kadis Pariwisata Aceh Selatan, pembangunan kepariwisataan perlu diatur dalam sebuah regulasi yang terarah untuk peningkatan kualitas lingkungan (environment), sosial budaya (community), serta ekonomi (economy).
Gerak laju dan kinerja pembangunan pariwisata nasional tidak hanya diukur dan dievaluasi berdasarkan perolehan PAD dan pertumbuhan ekonomi belaka. Tetapi menyentuh konstribusi terhadap kesejahteraan masyarakat, pengurangan pengangguran dan menekan angka kemiskinan, pelestarian lingkungan, pengembangan budaya serta mempererat rasa kesatuan dan cinta tanah air.
Menindaklanjuti program-program cemerlang tersebut perlu disusun Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah (RIPPARDA) sebagai patron dan rujukan/panduan dalam mengembang setiap potensi kepariwisataan di Aceh Selatan.
Secara menyeluruh, pembangunan objek wisata tertuang dalam undang-undang nomor 10 Tahun 2009. Dan ini terus kita pacu agar objek-objek wisata di Aceh Selatan terus jaya serta bisa menghadirkan pengunjung setiap saat.
Deretan destinasi wisata yang terkandung dalam landscape bumi Aceh Selatan menjadi daya tarik wisatawan lokal, nasional hingga manca negara. Lekuk pantai yang indah dan mempesona di perkaya pemandian yang diapit kaki perbukitan.
“Kita masih bisa berbenah dan belum terlambat merajut asa untuk memantik daya tarik pelancong. Usaha dan kerja keras ke arah itu benar-benar diinstruksikan pimpinan daerah secara komprehensif agar dikembangkan dengan baik,” imbuh Muchsin sebagai mana diharapkan Tgk Amran.
Dijelaskan lagi, proteksi pembenahan, pengelolaan dan maju mundurnya destinasi wisata sangat tergantung pengalokasian anggaran serta peruntukan yang tepat sasaran. Faktor inilah yang sedang dibenahi pemerintah Aceh Selatan secara marathon dan berkesinambungan, ujar Muchsin.
Dari lebih kurang 122 lokasi wisata yang menyebar di 18 kecamatan di bumi Aceh Selatan dan ditinta emaskan distambuk Dinas Pariwisata, baru 11 objek wisata terdaftar dalam RIPPARDA untuk dikembangkan.
“Sebanyak 11 objek wisata tersebut benar-benar memiliki nilai fantastis dan ramai didatangi pengunjung. Dan terus diupayakan pembedahan sesuai kemampuan keuangan daerah,” papar Muchsin.
Sebanyak 11 Objek wisata yang terdaftar dalam RIPPARDA Aceh Selatan :
1. Air Terjun Tangga Seribu Trumon Tengah.
2. Pulau Dua Bakongan Timur.
3. Pantai Ujung Batee, Gampong Ujung Batee, Kecamatan Pasie Raja
4. Pantai Pasir Setumpuk, Gampong Lhok Reukam, Kecamatan Tapaktuan.
5. Ie Sejuk Panjupian (ARGA) Kecamatan Tapaktuan.
6. Air Terjun Tingkat Tujuh, Gampong Batu Itam, Kecamatan Tapaktuan.
7. Tapak, Tongkat dan Topi Tuan Tapa, Pasar Baru, Gunung Lampu, Tapaktuan.
8. Rumah Terbuka Hijau (RTH), Pala Indah Kecamatan Tapaktuan.
9. Air Terjun Air Dingin, Batee Tunggai, Samadua.
10. Pulau Ujung Serudong, Sawang Ba’u, Kecamatan Sawang.
11. Gua Batee Meucanang, Kecamatan Labuhanhaji Barat.
Kuliner Aceh Selatan Kalah Kemasan, Unggul Dikualitas
“Produk kuliner dan souvernir Aceh Selatan kalah di kemasan, tetapi unggul pada rasa dan kualitas. Yang membuat kita bangga, karya khas daerah kita laku dipasaran dan diminati warga di berbagai daerah,” kata pengusaha UMKM Nova Tristiana, S.Pd.SD.
Jari-jari gemulai itu begitu lincah dan apik mengiris dan menggoreng pisang menjadi makanan ringan (cemilan) kripik, produksi salah satu Usaha, Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang sedang naik daun di Kabupaten Aceh Selatan.
Usaha kuliner kripik Pisang Manis yang terbuat dari bahan pisang Awak dirintis Nova Tristiana, S.Pd.SD, sejak tahun 2016 mampu mendulang omset lebih kurang Rp 6 sampai Rp 10 juta per bulan. Pesanan yang diterima produk “Cubo Raso” ini melegit hingga ke ibu kota Jakarta.
Diwawancara singkat, Nova Tristiana, mengatakan, kuliner Aceh Selatan memiliki cita rasa khas yang mampu menggugah selera. Kita hanya kalah saing di kemasan, kalau kualitas dijempol peminat.
“Produk kuliner dan souvernir Aceh Selatan kalah di kemasan dan tampilan, tetapi unggul pada rasa dan kualitas. Yang membuat kita bangga, karya khas daerah kita laku dipasaran dan diminati warga di berbagai daerah,” kata pengusaha kripik pisang Nova Tristiana kepada antaran, Rabu (12/4/2023).
Menyadari hal tersebut, tambah Nova Tristiana, dirinya tidak mudah menyerah dan bertekuk lutut. Ia terus memacu semangat untuk meningkatkan kualitas hingga lebih maju. Ia juga mengikuti berbagai event, termasuk Farmer Expo di Singapura dan festival lain di daerah maupun tingkat nasional.
“Alhamdulillah, menjelang lebaran Idul Fitri 1.444 hijrah/2023 kripik pisang manis produksi kami pesat orderan. Pesanan tidak hanya datang dari dalam daerah, tetapi berselancar di sejumlah kota provinsi hingga Jakarta,” ujar Nova Tristiana.
Kendala yang dihadapi, produk UMKM lokal pisang manis, masih kurang perhatian disektor pemasaran daerah sendiri, malah lebih karis di luar daerah. Ini menjadi batu sandungan dalam memajukan potensi kuliner daerah, akibat kurang sentuhan dari dalam.
“Maunya kita, apapun jenis produk kuliner karya anak bangsa di daerah masing-masing mendapat support gemilang dari pemerintah daerah, tentunya membantu disektor pemasaran. Setidaknya turut dan ikut mencicipi atau mempromosikan produk lokal agar lebih berjaya,” sergah Nova.
Baginya, lanjut Nova, usaha Kuliner UMKM ini menjadi bagian peningkatan perekonomian dalam mensejahterakan keluarga. Setidaknya bisa bersama-sama mencipta tenaga kerja, kreatif dan inovatif menuju kemandirian tanpa berharap, bantuan dan bantuan.
“Saat ini kami ditunjang lima tenaga kerja dalam menghidupi dapur produksen. Kripik pisang manis Cubo Raso bermarkas dijalan Ikhlas nomor 110, Dusun Kampung Panjang, Kecamatan Samadua, Aceh Selatan. Harga penjualan sangat terjangkau pasaran Rp 10.000 per bungkus,” ungkapnya.
Hasrat kami, usaha ini bisa berkembang dan menjadi contoh bagi generasi daerah lain untuk menciptakan lapangan kerja dan mendongkrak perekonomian. “Mudah-mudahan kuliner dan souvernir Aceh Selatan berjalan beriringan dalam pengembangan potensi pariwisata,” pungkas Nova Tristiana.(*)