“Kegiatan berbuka di pedalaman tidak seistimewa di kota. Kehangatan berbuka puasa pun jarang ada. Menu makanan berbuka mereka (muslim di pedalaman NTT dan NTB) sangat sederhana, cemilannya jagung titi dan kenari yang dicampur kelapa,” kata Zulfa Faizah.
Jurnalis : Sahidal Andriadi
ANTARAN|BANDUNG – Selama 14 hari Ramadhan, Insan Bumi Mandiri sudah berhasil menggelar 9 acara buka bersama di pedalaman Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Sumatera Selatan (Sumsel).
Daerah pedalaman di NTT dan NTB tersebut meliputi Desa Lebewala (NTT), Desa Taen Terong (NTT), Kecamatan Dompu (NTB), Kampung Buton (NTT), Kampung Langleki (NTT), Lubuklinggau (Sumsel), dan Dusun Medas (NTB).
Rentetan kegiatan buka bersama tersebut dimulai pada tanggal 29 Maret 2023 di Desa Labewala. Dihadiri oleh 65 orang yang terdiri dari orang tua, remaja, hingga anak-anak, kegiatan berlangsung penuh rasa bahagia dan kekeluargaan.
Selanjutnya, di Desa Taen Terong, 85 warga setempat ikut meramaikan acara buka bersama. Di Dompu, sebanyak 54 orang hadir. Sementara itu, acara buka bersama di Kampung Buton dan Kampung Langleki yang masing-masing dihadiri oleh 100 dan 72 orang, berlangsung secara gotong royong karena warga ikut menyiapkan makanannya.
CEO Insan Bumi Mandiri, Zulfa Faizah, dalam Pers rilisnya kepada Antaran, Jumat (07/04/2023) menjelaskan, kegiatan buka bersama semacam itu sangat berarti bagi masyarakat pedalaman. Sebagai orang yang sudah lama berkutat pada bidang pemberdayaan masyarakat pedalaman, ia tahu betul bagaimana suasana Ramadhan di pedalaman.
“Kegiatan berbuka di pedalaman tidak seistimewa di kota. Kehangatan berbuka puasa pun jarang ada. Menu makanan berbuka mereka (muslim di pedalaman NTT dan NTB) sangat sederhana, cemilannya jagung titi dan kenari yang dicampur kelapa,” kata Zulfa Faizah menjelaskan bagaimana kondisi muslim di pedalaman saat Ramadhan.
Selain itu, tambahnya, Mie instan sering menjadi pilihan sebagai makanan berat karena mereka tidak punya pilihan lain. Zulfa juga menambahkan bahwa kegiatan semacam ini selain bisa menjadi ajang silaturahmi sesama muslim tetapi juga bisa menjadi sarana bagi Insan Bumi Mandiri untuk memperhatikan asupan makan masyarakat pedalaman yang sehari-harinya mengonsumsi makanan seadanya.
Tingginya angka stunting di NTT dan NTB, menurutnya, adalah bukti bahwa masyarakat pedalaman di sana masih belum mendapatkan gizi yang baik dari makanan yang sehat. Pada tahun 2022, katanya, NTT adalah provinsi dengan angka prevalensi stunting tertinggi di Indonesia, yaitu sebesar 35,3 persen. Sedangkan NTB, menduduki peringkat ke 4 provinsi dengan angka prevalensi stunting terbesar dengan angka 32,7 persen.
“Contoh nyatanya adalah Arista dan Sahrun, sepasang kakak beradik yatim piatu di Dompu NTT. Mereka sehari-hari harus bekerja sebagai penjual kayu bakar untuk bertahan hidup. Kadang, mereka hanya memegang uang sebesar Rp15.000 dalam sehari, sehingga untuk membeli beras pun mereka kesulitan,” ungkap Zulfa.
Kegiatan buka bersama ini, lanjutnya, bukanlah kegiatan buka bersama yang kali pertama digelar oleh Insan Bumi Mandiri. Lembaga filantropi yang berfokus memberdayakan daerah pedalaman tersebut, kata Zulfa, sudah konsisten menggelar kegiatan buka bersama di pedalaman dari beberapa tahun ke belakang.
“Ribuan muslim pedalaman sudah merasakan kebahagiaan berbuka bersama dari Insan Bumi Mandiri. Misalnya pada tahun 2019, Insan Bumi Mandiri sukses berbagi kebahagiaan buka bersama kepada 5.221 saudara-saudara muslim di pedalaman Indonesia,” tutur Zulfa.
Kegiatan buka bersama di pedalaman ini, lanjut Zulfa, dapat merupakan hasil dari penggalangan dana yang dilakukan secara daring melalui website Insan Bumi Mandiri. Kegiatan buka bersama di pedalaman ini masih akan berlangsung baik di Ramadhan sekarang hingga Ramadhan kedepannya.
“Sampai saat ini, Insan Bumi Mandiri masih membuka kesempatan untuk para donatur yang ingin turut berkontribusi dan berbagi kepada masyarakat muslim di pedalaman,” pungkasnya.(*)