Kantong Ajaib dan Kandidat Dramatis di Pilkada Abdya

Bagikan:

Penulis : Abdul Razak ST

Pengamat media sosial dan masyarakat sosial


Alkisah ibarat film Doraemon, tentu tidak asing lagi bagi kita semua, serial anak mulai di tonton sejak tahun 80 an, seperti kita ketahui di wikipedia film anime asal Jepang ini sudah tayang sejak 1979, di perankan oleh tokoh utama Nobita sosok anak umur 10 tahun yang berkarakter seorang pecundang.

Entah bagaimana konsep sesungguhnya, meskipun kisah Nobita dan kucing robot Doraemon mengisahkan banyak cerita seperti kembali ke masa lalu dan masuk kedalam kehidupan masa depan, terkadang imajinasi penonton yang baper seakan berputar seperti baling-baling bambu saat menyimak tingkah dramatis Nobita.

Bisa di bilang penyuka film Doraemon sekarang rata-rata sudah kepala 4, sedangkan Nobita masih duduk di kelas 4 sekolah dasar hingga 17 Juli 2024 lalu, serial terakhir yang ikonik tayang di cinema XXI dengan judul “Nobita’s Earth Symphony” versi Googling. Menariknya film ini menceritakan Doraemon dan kawan-kawan di tempat yang tidak biasa.

Baca Juga:  Siltap Belum Cair, Perangkat Gampong di Aceh Selatan Bimbang Jelang Idul Fitri

Padahal dia “Nobita” bisa saja meminta Doraemon sikucing gemoy membuka pintu kemana saja, contohnya, masuk ke usia 40 an lalu meminta lagi untuk diberikan mesin kepercayaan misalnya, ya tentu tinggal di keluarin saja lewat kantong Ajaib Doraemon, dari sini jelas kalau hal itu bisa terjadi, rasanya Nobita tidak perlu harus melanjutkan sekolah, cukup duduk di kelas 4 SD saja dia bisa dapatkan apapun yang ia mau.

LANTAS, apa hubungannya dengan Pilkada Abdya ?

Sedewasa ini tentu kita menyadari bahwa cerita diatas hanyalah sebuah kisah di film Animasi anak, sedangkan Pilkada bukan sebuah tontonan atau urusan anak milenial saja, ini menyangkut hajat orang banyak alias kepentingan rame-rame, baik orang kelas bawah maupun orang kelas spesifikasi pro, dari masyarakat lulusan sekolah dasar pada umumnya hingga penyandang gelar.

Baca Juga:  KIP Abdya Lantik 45 Anggota PPK

Semua orang tidak bisa kembali ke masa lalu dan itu logika, secara politis setiap dari kita tentu ingin melihat masa depan lebih, sebagai sebuah harapan dan tanggung jawab bersama, lantas kenapa harus terjadi sebaliknya, masa depan seseorang serta kepentingannya malah di tanggung bersama secara politik.

Mustahil janji pembangunan bisa dilakukan dengan mesin waktu seperti kisah Doraemon, jawabannya jelas itu tidak akan mungkin terjadi di dunia nyata.

Artinya, waktu telah memberikan ruang serta kesempatan kepada seseorang untuk bertindak hingga memperoleh hasil yang di kehendaki, kemudian pencapaian itu malah di tinggalkan begitu saja mengikuti syahwat dan nafsu berlebihan.

Kembali ke film anak, sepanjang penayangan serial Doraemon tidak pernah merubah tujuan pintu kemana saja melewati banyak arah, biasanya hanya dapat menuju ke suatu tempat saja, misalnya jika kita dari Abdya mau ke Banda Aceh ya hanya sampai di situ, jika tujuan dari Abdya mau ke Banda Aceh terus berharap tembus Jakarta, itu trouble setting jadinya alias eror mesin.

Baca Juga:  Hendry Ch Bangun Tanggapi KLB versi Zulmansyah : Omong Kosong Atas Desakan Provinsi

Bisa saja terjadi jika tujuan dari Abdya ke Banda Aceh untuk kebaikan lalu setiba di sana tidak melakukan sesuatu langsung balik ke Abdya itu masih normal terjadi, tetapi sayangnya perjalanan itu hanya buang-buang waktu saja, tidak ada manfaat sama sekali, ia hanya akan kembali seperti semula atau berada dalam posisi awal.

Sebagai umat beragama, ibaratnya kita berdoa kepada tuhan menurut kepercayaan untuk meminta sesuatu dengan sungguh-sungguh, lalu dengan segera doa itu langsung kita ubah dengan alasan kepentingan orang banyak, sungguh sebuah keanehan telah berlaku.

Highlighter line : close strategi sepertinya perlu disiapkan sebagai pilihan alternatif atau upaya antisipasi mengurangi kemungkinan deadlock.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.