“Gajah merusak lahan pertanian Warga. Sangat merugikan Petani. Kita telah berulang kali menyampaikan ini kepada BKSDA. Tapi sampai hari ini tidak tuntas dan tidak sigab BKSDA menangani ini, terkesan ada pembiaran gajah liar yang merusak lahan warga,” kata wakil DPRK Aceh Selatan, Adi Samridha S.Pdi di akun Facebooknya, Minggu (29/05/2022).
ANTARANNEWS.COM,TAPAKTUAN – Sejak sebulan terakhir, masyarakat Gampong Jambo Dalem, Kecamatan Trumon Timur, Kabupaten Aceh Selatan khususnya pekebun mengalami kerugian akibat adanya kawanan gajah liar yang memasuki dan merusak tanaman mereka.
“Gajah merusak lahan pertanian Warga. Sangat merugikan Petani. Kita telah berulang kali menyampaikan ini kepada BKSDA. Tapi sampai hari ini tidak tuntas dan tidak sigab BKSDA menangani ini, terkesan ada pembiaran gajah liar yang merusak lahan warga,” kata wakil DPRK Aceh Selatan, Adi Samridha S.Pdi di akun Facebooknya, Minggu (29/05/2022).
Informasi yang diterima antarannews.com, kawanan gajah itu mengobrak – abrik tanaman warga Jambo Dalem pada Sabtu (28/05/2022) malam. Bukan hanya tanaman jagung warga yang diobrak – abrik, namun batang pinang dan kelapa sawit warga juga ikut dirusak.
Keuchik Gampong Jambo Dalem, Muhammad Dini saat diwawancarai wartawan via sambungan telepon Minggu (29/5/2022) membenarkan kejadian itu. Menurutnya gajah-gajah liar yang memasuki kawasan perkebunan masyarakat dan merusak tanaman tidak hanya menimbulkan kerugian materi.
“Selain itu masyarakat juga mulai resah dan terancam keselamatannya akibat hadirnya satwa yang dilindungi itu. Kami sudah berulangkali melaporkan kejadian tersebut kepada pihak BKSDA Aceh, walaupun mendapatkan respon dengan diturunkan tim patroli dari BKSDA, namun upaya itu tidak dapat mengendalikan atau menghalau gajah-gajah liar dari kawasan perkebunan,” ucapnya.
Hal ini menurutnya dapat dibuktikan dengan masih seringnya hewan berbadan besar itu memasuki area perkebunan warga. Terakhir gajah kembali memasuki dan merusak kebun warga pada Sabtu (28/5/2022) yang mengakibatkan banyak tanaman rusak, seperti jagung, pinang, dan sawit yang masih muda.
“Hal ini tentu saja sangat merugikan masyarakat di Desa Jambo Dalem. Agar tidak memicu konflik antara warga dan satwa dilindungi ini, kami meminta agar dilakukan penanganan yang lebih intensif sehingga tidak menimbulkan korban di kedua belah pihak,” lanjutnya.
Ia melanjutkan, saat melakukan patroli, baik di Gampong Jambo Dalem maupun Kapa Sesak, petugas terlihat sangat terbatas, sehingga hal ini yang menyebabkan tidak maksimalnya upaya penanggulangan atau pengendalian yang dilakukan BKSDA Aceh.
“Untuk itu kami berharap agar BKSDA Aceh menambah personilnya di wilayah yang rawan Konflik Satwa dilindungi agar penanganannya dapat maksimal dan masyarakat di kawasan tersebut merasa nyaman. Ini semua akan berdampak pada ekonomi, kenyamanan dan keselamatan masyarakat di desa kami,” pungkasnya.(*)