Oleh : Monte Cristo
Dua astronaut terdampar di suatu tempat yang sangat jauh di luar angkasa. Beberapa hari yang lalu mereka terpaksa melakukan pendaratan darurat dan sekarang berlindung di salah satu badan pesawat ulang-alik yang rusak. Pesawat itu menghantam daratan dan separuh tubuhnya tenggelam ke dalam hamparan gurun yang kemerahan.
“Aku mulai merasa panas dengan baju ini, Fred,” kata salah satu astronaut.
“Apakah pendinginnya rusak, Rob?”
“Bukan itu maksudku. Itu hanya metafora. Ya Tuhan, tempat ini, aku rasa aku benar-benar membenci tempat ini,” kata astronaut bernama Rob.
“Kamu harus menjaga kewarasanmu, teman. Kalau tidak, tempat ini akan segera menelanmu,” Fred menjauh dari Rob. Dia ingin memeriksa sesuatu di bagian dalam pesawat.
Alat penangkap gelombang suara sepertinya telah menangkap sesuatu dan jika benar, maka itu adalah yang pertama sejak mereka terdampar sekitar satu pekan yang lalu.
“Aku tidak tahu, Fred, aku tidak tahu berapa lama lagi aku bisa bertahan,” Rob kembali menyeletuk dari luar.
Fred berusaha tetap sibuk meskipun dia masih bisa mendengar apa yang dikatakan oleh temannya. Dia sengaja mengabaikan Rob.
“Fred—” Rob berbicara lagi kepada Fred.
Tidak ada jawaban. Fred betul-betul mengabaikannya.
“Fred—Ya Tuhan, lihatlah tempat ini,” Rob kembali terpaku kepada pemandangan luar angkasa yang membentang di hadapannya.
Tempat itu hanyalah hamparan tak berujung, sementara langit tampak seperti kubah hitam raksasa yang mengerikan dan tak terbatas. Tidak ada bintang-bintang, hanya ada bola raksasa dengan pola aneh yang mengelilingi secara asimetris.
Itu mungkin sebuah planet. Setiap setengah jam sekali atau lebih, akan terdengar suara yang bergerak dalam garis lurus dan tipis, seperti tembakan laser, tetapi cukup lembut atau lebih tepatnya halus.
Di ruang kokpit terdengar suara-suara robotik. Fred sepertinya sedang mencoba mengotak-atik mesin penangkap pesan.
“Fred,” lagi-lagi Rob berbunyi.
Fred masih tidak menjawab.
“Fred!” kali ini, Rob terdengar agak mendesak.
Mendengar desakan temannya, Fred pun menjawab dengan sedikit kesal.
“Ya Tuhan, tidak bisakah kamu berhenti mengganggu sebentar, Rob? Aku sedang sibuk”
“Fred. Kurasa aku baru saja melihat seseorang di ujung sana.”
“—Oh, Tuhan, tolonglah, Rob” Sepertinya Rob mulai berhalusinasi, demikian pikir Fred.
Dia sadar bahwa hal tersebut akan menjadi sangat lumrah dalam kondisi seperti saat ini. Fred pun berusaha tidak mengubris apa yang dikatakan Rob, dan menyibukkan diri dengan lilitan kabel yang ada di depannya. Dia berulang kali memutar tombol yang memperbesar dan memperkecil reseptor sinyal, tetapi alat itu rasa-rasanya tidak berfungsi sama sekali.
“Fred—” lagi-lagi Rob menyeletuk.
Fred menghela napas.
Namun, dia segera terdiam. Ada sesuatu yang aneh dalam suara Rob tadi.
Pria itu terdengar takut, tetapi Fred merasa hal itu masih lumrah. Boleh jadi, Rob sedang diserang kepanikan.
Fred meletakkan potongan kabel yang ada di tangannya secara perlahan dan mulai fokus dengan Rob.
“Fred—” kali ini Rob terdengar histeris.
Fred hampir terperanjat karena kaget, tetapi dia langsung menenangkan dirinya sendiri. Astronaut itu berusaha tetap terhubung dengan Rob yang berada di luar.
“Rob, kau baik-baik saja?” tanya Fred.
“—aku bisa gila. Aku benar-benar harus melepas baju ini. Fred, beri tahu aku di mana sakelar otomatisnya.”
Mendengar pernyataan dari temannya, Fred mulai khawatir.
“Hei-hei, tenang Rob. Jangan bertindak gegabah. Aku akan segera ke sana,” Fred segera menhentikan pekerjaannya kemudian bergerak turun.
“Tolong jangan menekan atau menarik apa pun di bagian belakang kostummu,” kata Fred saat dirinya mulai melayang menuju ke tempat Rob.
Namun, “Fred—?!” tiba-tiba terdengar seperti suara kantung udara yang mengembang dengan sangat cepat.
“Oh tidak,” Fred tidak ingin membayangkan apa yang terjadi di luar sana.
Dia segera mempercepat gerakannya sebaik mungkin. Sementara itu, isi kepalanya berkecamuk.
“Dasar idiot, kenapa aku malah memberinya petunjuk. Ya Tuhan,” Fred mengutuk dirinya sendiri.
Sayangnya, sesampai di tempat Rob, Fred tidak menemukan siapa pun di sana.
“Rob?! Ya Tuhan?!”
Apakah Rob baru saja diangkat ke udara, menghilang dari langit-langit karena gaya nongravitasi?
Setidaknya Fred masih percaya bahwa Rob baru saja melepas pakaian pelindungnya sampai dia melihat sesuatu di cakrawala.
—Apakah itu manusia?!” Fred mulai meragukan penglihatannya sendiri.
“Ya Tuhan—” dia mulai terdengar seperti Rob.
“Tidak, tidak,, aku tidak boleh berhalusinasi—”
Itu hanya efek fatamorgana, dia mencoba meyakinkan dirinya sendiri berkali-kali, tetapi tetap tidak berguna. Fred mulai panik. Makhluk itu semakin dekat, perlahan terus tumbuh membesar.
Setelah beberapa saat, Fred dapat melihat wajah makhluk itu dengan detail yang cukup jelas. Setiap lekuk wajahnya adalah manusia, tetapi matanya merah menyala.
Tanpa aba-aba, mulut makhluk jelek tersebut mulai menganga lebar. Tubuh Fred bahkan tidak lebih besar dari tenggorokan makhluk itu, dan sekarang dia mulai tersedot ke dalamnya. Ke dalam tenggorokan alien itu.
“Sialan!” Segalanya kini gelap, lalu terjadi perubahan waktu dan tempat yang sangat cepat sampai Fred sadar bahwa dirinya kini berada di dalam tabung.
Dia merasa baru saja jatuh dari langit, dan terkejut. Fred tersentak dan terperangah lalu segera menarik napas dalam-dalam.
Sesaat kemudian tabung biru terbuka.
Seorang lelaki menyambutnya, “hai, Fred.”
“Oh, hai, halo, Rob,” Fred balik menyapa temannya.
Keduanya saling tatap.
“Maaf teman, aku gagal lagi,” kata Rob.
Fred ikut menghela napas.
“Tidak sobat, aku juga gagal. Aku juga menarik tuas penyelamat otomatis.”
“Masih ada simulasi lagi, kan?” tanya Rob.
“Entahlah, Rob, ini mungkin yang terakhir,” jawab Fred.
Sesaat kemudian, sebuah suara datang dari pelantang yang dipasang di empat sudut ruangan tempat Fred dan Rob berada.
“Subyek 48 dan 49,” sebut suara yang berasal dari ruangan di balik kaca. Orang-orang itu sejak tadi memantau Fred dan Rob.
“—subyek 48 dan 49, Freddy Cracken dan Robby Hope, kalian gagal lagi untuk berpartisipasi dalam simulasi kehidupan di Mars pada percobaan ke-50. Dengan ini kalian dinyatakan tidak berguna, dan akan segera dimusnahkan.”
Fred dan Rob saling berpandangan.
Itu bahkan lebih buruk daripada monster bermulut besar yang tetiba melompat dari balik cakrawala.