ANTARANNEWS.COM,REDELONG – Dalam beberapa bulan terakhir harga kopi Arabika Gayo di Bener Meriah dan Aceh Tengah, terus mengalami peningkatan. Tercatat hingga awal Juni, harga jual biji kopi Arabika Gayo kering giling tembus pada kisaran Rp 83.000/kg hingga Rp 85.000/kg.
Harga ini, tercatat merupakan pemecahan rekor pasca pandemi Covid-19 yang sempat anjlok dititik terendah. Kenaikan harga biji kopi kering ini, turut berpengaruh pada harga jual kopi bulat ditingkat petani mencapai Rp 17.000/bambu, atau terjadi kenaikan rata-rata Rp 2.000/bambu hingga Rp 3.000/bambu dari harga sebelumnya Rp 14.000/bambu hingga Rp 15.000/bambu.
Kopi Arabika Gayo mengalami penaikan harga yang signifikan pasca panen raya yang berlangsung dipenghujung tahun 2021 lalu. Saat itu, harga kopi rata-rata ada disekitaran 11 sampai 13 ribu rupiah perbambunya, harga biasanya bervariasi di beberapa daerah.
Rida Efendi ( 34 ), salah satu petani kopi Arabika Gayo kepada antarannews.com, Kamis (8/6/2022), mengatakan, harga kopi dikampungnya mengalami peningkatan pasca panen raya. Menurutnya harga jual kopi saat ini merupakan harga tertinggi dibandingkan harga kopi sebelumnya.
“Alhamdulillah, sekarang harga kopi diangka 16 sampai 17 ribuan perbambunya, ini adalah harga tertinggi bila dibandingkan dengan harga kopi tahun-tahun sebelumnya. Kami berharap harga kopi terus naik dan memecahkan rekor baru,” ucap Rida kepada antarannews.com saat berkunjung kekebunnya di Desa Kala Tenang, Kecamatan Bener Kelipah, Kabupaten Bener Meriah, Kamis (9/6/2022) pagi.
Lebih lanjut, Rida menyebutkan, bahwa untuk harga green bean (kopi kiring giling) Arabika Gayo sudah berkisar antara Rp 83.000/kg sampai Rp 85.000/kg. Harga tersebut naik satu kali lipat dibandingkan harga green bean kala pandemi melanda dunia.
“Saat pandemi harga kopi mengalami penurunan drastis, bahkan sampai Rp 6 ribu perbambu dan green bean pernah diangka Rp 30 sampai Rp 40 ribuan perkilogramnya. Sejak saat itu, harga Arabika Gayo terus mengalami kenaikan sampai saat ini memecahkan rekor baru,” tambahnya.
Belakangan, produksi kopi Arabika Gayo mengalami penurunan, perubahan iklim dan cuaca ekstrim mempengaruhi hasil panen petani kopi di Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah. Dua kabupaten itu, merupakan penghasil kopi terbesar di Aceh.
“Perubahan iklim dan cuaca ekstrim menyebabkan pemekaran bunga kopi terganggu serta timbulnya penyakit busuk dan hitam pada buah yang menyebabkan hasil panen petani kopi Gayo mengalami penurunan,” ungkap Rida.(*)
Jurnalis : Syah Antoni |Editor : Suprijal Yusuf