Terkait siapa pengendali dan siapa pemain bandul kekuasaan di Indonesia sedikit banyak telah diketahui publik, termasuk bagaimana kebiasaan main, tipe ketua umum partai politik, hingga pendekatan isu politik yang digunakan dalam menumbuhkan kecambah politik dari masa ke masa.
Oleh : Zulfata
Direktur Kartika Cendekia Nusantara (KCN), tinggal di Tebet, Jakarta Selatan
Arus politik pilpres 2024 mengalir semakin deras, melabrak apapun yang menghadangnya, menghanyutkan apapun yang mengapung di dalamnya. Berbagai daya dan perangkat digunakan dalam proses mendulang kekuatan dan mengendalikan arus politik tersebut.
Melewati tahun 2023, rentang waktu menuju 2024 tidak bisa dianggap terlalu cepat atau masih lama, yang jelas kemenangan politik tidak didapat ketika perkembangan kekuatan tidak dapat diperhitungkan secara cermat.
Ada kemampuan refleksi diri dari waktu ke waktu memasuki awal 2023, adanya perhitungan yang rasional dan strategis menciptakan pendekatan politik adalah dua kunci untuk melihat bagaimana pola ayunan tali yang dimainkan pada bantul politik 2024.
Terkait siapa pengendali dan siapa pemain bandul kekuasaan di Indonesia sedikit banyak telah diketahui publik, termasuk bagaimana kebiasaan main, tipe ketua umum partai politik, hingga pendekatan isu politik yang digunakan dalam menumbuhkan kecambah politik dari masa ke masa.
Pada posisi sedemikian, bandul atau pendulum kekuasaan 2024 cenderung tetap dimainkan oleh pelaku-pelaku yang sama terlibat di dua pelaksanaan pilpres sebelumnya.
Untuk itu, meski Indonesia disebut-sebut sebagai negara demokratis, meski Indonesia disebut-sebut sebagai negara hukum, namun substansi demokratis berbasis keadilan hukum itu masih berayun sesuai gerak dua arah tali pendulum yang dimaksud, terkadang berayun ke kiri, ke kanan, bahkan ada saatnya ayunan kekuasaan sengaja dihentikan untuk sementara.
Jika menyebut bahwa ayunan kekuasaan tidak merata, atau tidak menyentuh semua aspek, tentu pandangan politik sedemikian tidak muncul dari amatan yang menyeluruh. Sebab pusat kontrol kekuasaan saat ini sudah terpetakan dengan jelas.
Para pemegang kunci bandul telah memiliki kemampuan “mata elang” dalam memastikan kondisi lapangan tanpa hadir di lokasi lapangan. Berbagai perangkat dan pelaksana maksud politik dan target saling bersaing, berlomba, bahkan sikut-menyikut untuk mendapat kekuasaan, atau mempertahankan kekuasaan, atau menambah kekuatan kekuasaan dalam akhir penyelesaian pilpres 2024.
Diakui atau tidak, ruang politik kerakyatan untuk mendapat kendali bantul kekuasaan dari masa ke masa peluangnya sangatlah tipis tanpa menyebutnya tidak mungkin. Investasi penguatan struktur, trah politik, penjaringan hingga pengkaderan politik di kalangan subjek pengendali bantul kekuasaan terus diperkuat dari masa ke masa, apakah itu pada saat mereka sedang menjalani puasa politik maupun pada saat panen politik.
Deskripsi politik nasional sedemikian tentunya tidak menutup harapan bagi menguatnya harapan kerakyatan dan keindonesiaan. Seiring dinamisnya peubahan politik rakyat yang dipengaruhi oleh berbagai program pembingkaian pikiran, mental serta gaya hidup, apakah itu dipengaruhi oleh program pemerintah itu sendiri atau bukan program pemerintah. Yang jelas terkait arah masa depan tetap berada dalam garis ayunan bantul kekuasaan 2024.
Prospek pandangan yang disampaikan di atas akan semakin taktis terlihat ketika fokus mencermati rekonstruksi postur politik empat periode kepemimpinan nasional sebelum 2024.
Proses penggerusan demokratisasi, penyalahgunaan kekuatan hukum, hingga ekspansi wilayah kekuasaan yang sifatnya kolektif pelan-pelan berubah menjadi kendali politik personal, dan pada akhirnya kekuatan politik personal ini menjadi pengendali bandul kekuasaan yang mampu meretas ruang dan waktu dalam mencapai cita-cita politiknya.
Pada satu sisi memang perkembangan politik nasional terus melaju cepat, namun pada waktu yang bersamaan juga sedang mengalami pelambatan. Melaju dalam arti progresif menyulut api dalam meraih atau merebut kekuasaan. Dan disebut melambat karena pencapaian politik nasional tampak terus memberi tanda gejala yang jauh dari cita-cita proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Sementara itu, gerak gerik pendulum kekuasaan 2024 saat ini jarang sekali, bahkan sengaja menutup diri dalam hal evaluasi diri untuk memantaskan diri bahwa bangsa dan negara memang wajar dan layak merasakan cita proklamasi yang dimaksud. Ironinya, pengikisan pondasi proklamasi kemerdekaan semakin terjadi dengan ditandai menguatnya dominasi personal dalam mengendalikan laju negara.
Menguatnya dominasi personal ini justru bukan tersimpul secara utuh dan berkelanjutan, melainkan berkompromi sesui dengan jeda tertentu mengikuti settingan bandul politik masing-masing.
Posisi rakyat yang pernah tercatat sebagai penyulut kekuatan nasional masa orde lama dan orde baru barangkali akan tetap menjadi sejarah yang beku, meskipun ruang daya ledak sejarah kekuatan rakyat untuk menguat di masa depan masih terbuka lebar.
Tetapi pada saat mencermati garis ayunan masing-masing pendulum kekuasaan 2024, terlihat sedang mempersiapkan posisi kekuatan rakyat akan dipersiapkan sebagai bonjengan yang disuruh duduk manis dan jadi anak baik dalam mengikuti jalur tempuh kekuasaan yang sedang dan akan dilewati, baik untuk masa kini maupun di kemudian hari.