Pengusaha Penampung Hasil Bumi di Agara Butuh “Suntikan” Modal

Andi Tarigan, salah seorang pengusaha pengumpul hasil bumi di Kecamatan Leuser, Kabupaten Aceh Tenggara memperlihatkan kemiri yang ditampungnya, Senin (08/08/2022). ANTARAN / HIDAYAT
Bagikan:

“Saat ini harga beli buah Kemiri untuk tingkat petani Rp 6.000/Kg. Setelah dijemur sekitar empat hari, kemudian dibuang kulitnya dan baru bisa kita jual ke Medan dengan harga Rp 28.000/Kg,” jelasnya.

Jurnalis : Hidayat

ANTARANNEWS.COM|KUTACANE – Pengusaha penampung hasil bumi di Kabupaten Aceh Tenggara (Agara) sangat berharap “suntikan” modal dari Pemerintah dan Perbankan agar usaha mereka bisa berkembang dan bisa menampung hasil bumi dalam skala besar.

Harapan itu disampaikan Andi Tarigan, salah seorang pengusaha pengumpul hasil bumi di Kecamatan Leuser, Kabupaten Aceh Tenggara kepada antarannews.com, Senin (08/08/2022). Dia merupakan seorang pengusaha lokal yang sudah berjalan hampir sepuluh tahun terakhir ini. Karena keterbatasan modal membuat usahanya belum berkembang.

Baca Juga:  Tanam Ribuan Mangrove, Polres Abdya Hijaukan Wilayah Pesisir

“Jika saya mempunyai modal usaha yang besar tentunya saya bisa menampung hasil bumi dari petani di wilayah Kecamatan Leuser. Karena modal usaha sangat terbatas, jadinya menjadi kendala bagi usaha saya sebagai pengepul lokal hasil bumi,” ungkapnya kepada antarannews.com.

Andi Tarigan mengatakan, komoditi hasil bumi yang dia beli dari petani setempat berupa buah Kemiri yang masih basah kemudian diolah menjadi biji yang siap kirim ke agen penampung di Medan, Sumatera Utara.

Baca Juga:  Longsor Terjadi di Gunung Panjupian, Batu Sempat Tutupi Badan Jalan

“Saat ini harga beli buah Kemiri untuk tingkat petani Rp 6.000/Kg. Setelah dijemur sekitar empat hari, kemudian dibuang kulitnya dan baru bisa kita jual ke Medan dengan harga Rp 28.000/Kg,” jelasnya.

Saat ini, lanjut Andi Tarigan, ia bisa mempekerjakan warga sebanyak empat orang setiap harinya. Sedangkan ongkos atau upah untuk pekerja di hitung perkaleng. Setiap kaleng atau ukuran sepuluh bambu takaran beras upahnya Rp 10.000. “Jika modal usaha kita memadai, tentunya bisa lebih banyak lagi menampung tenaga kerja,” jelasnya.

Baca Juga:  Persatuan Mahasiswa Aceh Selatan Salurkan Bantuan untuk Korban Kebakaran

Untuk itu Andi Tarigan sangat berharap perhatian dari pemerintah daerah terhadap toke pengepul lokal hasil bumi di Aceh Tenggara. “Kita berharap pihak Bank jangan ragu memberikan suntikan modal usaha. Sebab untuk membeli hasil bumi dari petani perlu modal usaha yang besar,” pungkasnya.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.