Petani Tomat di Bener Meriah Keluhkan Harga Pupuk Semakin Meroket

Sabardi (27), petani tomat asal Kampung Tingkem Bersatu, Kecamatan Bukit, Kabupaten Bener Meriah, saat memanen tomat miliknya. ANTARAN / SYAH ANTONI
Bagikan:

“Itu baru pupuk kocor, belum lagi pupuk spray dan pestisida yang mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan,” tambahnya.

Jurnalis : Syah Antoni

ANTARANNEWS.COM|REDELONG – Petani tomat di Kabupaten Bener Meriah, mengeluhkan semakin meroketnya harga pupuk yang tejadi belakangan ini, kenaikannya hingga mencapai 64 persen.

Sabardi (27), salah satu petani tomat asal Desa Tingkem Bersatu, Kecamatan Bukit, Kabupaten Bener Meriah, mengaku sangat khawatir dengan meningginya harga pupuk dipasaran.

“Cukup resah melihat fenomena naiknya harga pupuk dipasaran. Tanaman tomat memerlukan pupuk agar produksi yang didapatkan sesuai harapan.

Baca Juga:  Prajurit TNI/Polri Gotong Royong Pembersihan Lingkungan 

Namun, nyatanya saat ini, untuk mendapatkan pupuk berkualitas harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit,” keluh Sabardi saat antarannews.com berkunjung ke lokasinya menanam tomat, Selasa ( 21/6/2022) pagi.

Ia mengatakan, sebagai perbandingan, bila biasanya membeli pupuk merek Blue Special dengan harga Rp 550.000/ sak (isi 50 kilogram), kini harganya naik menjadi Rp 900.000/ sak.

Begitu juga dengan pupuk merek Makro Star yang sering ia gunakan, jika biasanya bisa ia dapatkan dengan harga Rp 450.000/sak, kini menjadi Rp 750. 000/ sak.

Baca Juga:  Penerimaan Calon PPPK di Agara Diambang Ketidakpastian   

“Itu baru pupuk kocor, belum lagi pupuk spray dan pestisida yang mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan,” tambahnya.

Sabardi menyebutkan, modal yang harus ia sediakan untuk menanam tomat lebih besar dari biasanya. Bila sebelumnya untuk 1 pate (1 bungkus) bibit tomat hingga panen.

Ia hanya mengeluarkan modal dikisaran Rp 4 juta sampai Rp 4,5 juta, kini untuk 1 pate bibit tomat, ia harus merogoh kocek mulai Rp. 6 juta sampai Rp 7,5 juta, bahkan lebih, tergantung cuaca.

Baca Juga:  Polres Galus Temukan 6 Hektar Ladang Ganja di Kaki Gunung Leuser

“Dibandingkan cabe dan kubis, perawatan serta modal menanam tomat lebih tinggi. Apalagi dimusim penghujan atau pancaroba.

Jadi jika harga tomat mahalpun income yang didapat tidak akan sebesar dulu, apalagi kalau harga tomat turun,” tutup petani lulusan Fakultas Pertanian tersebut.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.