“Dalam sebulan terakhir ini jumlah pasien yang membutuhkan rawat inap mengalami lonjakan. Ini masalah di RSUTP Abdya yang perlu penanganan dengan segera,” ungkap dr Ismuha SpB dalam rapat tersebut.
Jurnalis: Alfiyah Zamzam
ANTARANNEWS.COM|BLANGPIDIE – Kebutuhan pembangunan gedung baru untuk fasilitas rawat inap Rumah Sakit Umum Teuku Peukan (RSUTP) dinilai sangat mendesak.
Karena selama sering terjadi kekurangan kamar saat pasien membludak, akibatnya terpaksa diinapkan dalam kamar yang berdesakan. Bahkan, tak jarang harus antri di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD).
Demikian keterangan itu disampaikan Direktur RSUTP Abdya, dr Ismuha SpB dalam rapat dengar pendapat dengan anggota DPRK Abdya di Aula Gedung Dewan setempat, Rabu (29/06/2022).
Ismuha mengakui, kalau fasilitas rawat inap di rumah sakit yang dipimpinnya saat ini sangat kurang. Karena jumlah pasien terus terjadi peningkatan yang berobat di rumah sakit tersebut, terutama mereka yang membutuhkan rawat inap.
“Dalam sebulan terakhir ini jumlah pasien yang membutuhkan rawat inap mengalami lonjakan. Ini masalah di RSUTP Abdya yang perlu penanganan dengan segera,” ungkap dr Ismuha SpB dalam rapat tersebut, terkait sering membludaknya pasien dan terpaksa harus menunggu lama untuk mendapatkan ruangan rawat inap.
Menurut dokter senior specialis bedah di RSUTP Abdya itu, guna mengatasi masalah itu, penambahan gedung rawat inap baru merupakan solusi satu-satunya. “Solusi terkait persoalan ini adalah penambahan gedung rawat inap baru, agar antrian pasien rawat inap bisa diminimalisir,” ungkapnya.
Wakil Ketua II DPRK Abdya, Hendra Fadhli SH, usai paparan yang disampaikan Direktur RSUTP Abdya, terkait persoalan yang dihadapi menilai, hal itu merupakan hal yang lumrah dan sering terjadi.
Jika memang telah menjadi sebuah kebutuhan dan sangat berhubungan dengan kepentingan masyarakat, dalam usaha mendukung optimalnya layanan kesehatan di RSUTP Abdya, pihaknya sangat mendukung pembangunan gedung baru untuk fasilitas rawat inap.
Namun, pihaknya mengingatkan, saat gedung rawat inap yang baru itu terwujud, jangan sampai persoalan serupa mencuat serta merugikan masyarakat, terutama bagi mereka yang sangat membutuhkan layanan kesehatan.
“Kami tidak mempermasalahkan hal itu. Kalau itu sebuah kebutuhan, DPRK sangat mendukung.Tapi jangan sampai tahun depan itu lagi masalahnya. Ditahun selanjutnya itu juga persoalannya,” ingat Hendra Fadli politisi dari Partai Aceh (PA) itu.
Hendra Fadhli menambahkan, kebutuhan rumah sakit merupakan kebutuhan yang priotas dan harus diutamakan. Tidak sedikit masyarakat Abdya, bahkan luar Abdya yang mengharapkan layanan kesehatan terbaik, dari rumah sakit dimaksud.
Maka dari itu, perencanaannya harus benar-benar matang, serta berjangka panjang dan kebijakan anggaran menjadi solutif.
Secara terpisah, Kepala Bidang Perawatan pada RSUTP Abdya Asmaul Husna STr Keb kepada antarannews.com, mengatakan, saat ini jumlah ruang rawat inap di RSUTP Abdya sebanyak 10 ruangan.
Namun katanya, perlu digaris bawahi, tidak semua ruang rawat inap terjadi antrian. Yang paling sering terjadi antrian adalah di pasien penyakit dalam.
Dimana tambahnya, jumlah pasien tersebut mendominasi dari total jumlah pasien yang dirawat. “Selanjutnya, antrian juga terjadi di pasien obgyn dan pasien anak,” sebutnya.
Penyebab terjadinya antrian lanjutnya, dikarenakan jumlah bed yang belum terpenuhi yang disebabkan kapasitas ruangan.
“Aturan dari BPJS Kesehatan, jika bed penuh, pasien harus dirujuk. Cuma, pasien tidak mau atau jarang bersedia dirujuk. Karena dianggap masih bisa ditangani di RSUTP, meski harus antri di IGD,” jelasnya.(*)